Masih lekat dalam ingatan sy sebuah drama hidup di tahun 2008 ketika membeli novel Ketika Cinta Bertasbih. Sy membelinya di Islamic Bookfair di perpustakaan Kota Malang. Sejujurnya, saat itu adalah tragedi yg dilematis. Bagaiamana tidak, sebagai mahasiswa yg jatah bulanannya hanya cukup utk biaya kos, makan 2x sehari (jika sekali makan 6 rb) dan kebutuhan kuliah saja, hanya mampu membeli buku 3 bulan sekali (itupun dengn kondisi yg sangat terpaksa). Namun karena ketidakberdayaan sy menghadapi diskon buku2 yg hanya diselenggarakan 2x dalam setahun di Malang, ditambah lagi sy telah membeli buku lain, maka jadilah sy "terpaksa" membeli KCB 1, dan menargetkan bulan depan utk KCB2. Godaan diskon yg lebih besar dr pada di toko buku yg ada di Malang, menjadi tambahan rayuan untuk menggugurkan keimanan sy (pengiritan). Dan setelah itu sy berjanji tak akan membeli apapun selain utk makan.
Membeli buku kang Abik ini juga bukan cuma karena diskonnya, tapi sy yakin bahwa beliau tidak akan membuat sy menyesal telah merogoh kocek sangat dalam. Pengalaman dari membaca Ayat2 Cinta dan Pudarnya Pesona Cleopatra, saya jadi ketagihan dengan karya2 beliau. Benar saja, setelah merampungkan tugas kuliah, sy mulai membuka segel buku tersebut. Halaman demi halaman sy nikmati, dan tak terasa sudah lebih dari separuh saya membaca dan kalenderpun sudah berganti hari. Tapi rasa penasaran tak mampu sy redam dan mata masih sangat bersemangat utk menuntaskan bacaan. Ironisnya, kalo baca buku kuliah, g nyampe 15 menit pasti sy sudah mengantuk.
Walhasil, sy mampu melumat buka itu dalam waktu semalaman. Betapa kecewanya sy dengan ending KCB1. Ceritanya sangat membuat pembaca penasaran. Lagi2 sy tidak kuat iman. Sorenya sepulang kuliah, sy langsung menuju puskot utk membeli KCB2. Tentu saja dompet sy berteriak penuh histeris karena isinya tinggal 20 ribu sementara awal bulan masih 10 hari lagi. Jangan tanya bagaiaman cara sy menyambung hidup di bulan itu (aib). Utk masih ada teman yg iba melihat muka melas sy, sehingga tak perlu banyak merayu untuk mendapat pinjaman 😁.
Ya sudahlah, nasi telah menjadi bubur. Ending KCB2 juga tidak memuaskan sy, ceritanya masih menggantung. Sy lupa, entah di akhir buku itu ada note atau sy baca diinternet bahwa Kang Abik akan melanjutkan KCB2 dgn judul "Dari Sujud ke Sujud". Dua tiga bulan sy menunggu release nya buku itu, tapi tak kunjung jua terlihat batang hidungnya. Setahun pun berlalu, tetap saja tak ada kabarnya, hingga sy lelah menunggu dan akhirnya lupa akan janji si Akang.
Daaaan, di penghujung 2015 terbitlah Ayat2 Cinta 2. Sebelumnya sy sudah membuat daftar buku yg akan sy beli tentunya dengan skala prioritas. Namun, testimoni seorang sahabat di FB yg juga penulis mampu membuat sy merubah no urut daftar buku sy. Besoknya, sy langsung menyerbu Toga Mas (Alhamdulillah di denpasar ada toko buku itu yg sangat mengerti kondisi kantong sy. I love you Toga Mas). Yeay, sy dapat diskon 10% dari harga asli.
Ceritanya, ibu sy memberi uang 100rb utk beli buku (maklum, saat ini status sy adalah PengACara). Ibu sy tidak sanggup melihat wajah sy setiap kali bahan bacaan sy habis (g tahan lihat muka jelek sy yg sering manyun). Biar sy tetap semngat ngantri di rumah sakit, jadilah ibu menyogok sy dengn menyuruh beli buku. Ibu mensyartkan bahwa buku yg sy beli tidak boleh cepat2 selse. Padahal baru 2 minggu yg lalu sy beli ghazi 2 dan 3 dan tamat kurang dari 1 minggu. Buku itu hanya dibaca ketika sy ngantri di loket RS. Tapi apalah daya saya, kang Abik terlalu hebat untuk dikalahkan kepiawaian beliau dalam merangkai kata2.. Sy sudah mengurangi kecepatan sy, tapi tetaplah sy tidak sanggup menaklukkan rasa penasaran. Akhirnya, buku itu ludes dalam waktu 3 malam. Dan endingnya memuaskan. Tidak membuat sy penasaran. Congrats kang Abik👏👏👏. Di akhir buku tersebut tertulis bahwa saat ini beliau sedang berusaha merampungkan 3 bukunya. Dan ternytaaaaa, "Dari Sujud ke Sujud" adalah satu dari buku itu. Hahaha, setelah 7 tahun lebih sy menyelesaikan KCB2, dari yg sangat antusias hingga tak ingat lagi, akhirnya nama buku itu tersebutlah. Pertanyaannya, berapa lama lagi sy harus menunggu kaaaang??😢😢.
Senin, 21 Desember 2015
Selasa, 01 Desember 2015
Sedih sekali membaca opini2 negatif tentang penemuan pak Warsito. Beliau anak bangsa yang memiliki cita2 luar biasa.."mengharumkan nama bangsa di mata dunia" melalui aksi nyata beliau mampu membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia tidak kalah dengn negara2 lainnya. Penemuan beliau yg sudah diaplikasikan di jepang, NASA, dan Rusia malah mendapatkan kontra di negeri sendiri.
Beliau memang bukan ahli kesehatan, maka dari itu beliau menggandeng universitas ternama tanah air utk menunjukkan bahwa alat beliau layak. Beliau juga senantiasa mengundang ahli medis utk pembuktian. Namun sayangnya sy belum sempat menghadiri seminar beliau karena maslah jarak.
Memang, untuk bisa mendapat pengakuan medis harus melewati rangkaian yg sangat panjang karena terkait nyawa manusia. Bukan seperti penelitian kimia yg tdk diwajibkan menggunakan uji statistik. Dan kepada pasien juga beliau menjelaskan bahwa metode tersebut belum mendapatkan pengesahan dari pihak kesehatan. Dan Beliau juga menjelaskan bahwa tidak semua pasien sembuh dengan alat terapi tersebut. Tapi beliau mampu menunjukkan angka keberhasilan lebih tinggi dari failurnya. Jika tidak yakin dengn pendapat sy, silahkan kawan2 berkunjung ke komplek ruko di alam sutra Jakarta dan tanyakan langsung di sana.
Jenis kanker ada lebih dari 200. Untuk breast cancer saja penanganannya jarang sekali ada yang sama. Dari metode kemoterapi yg diberikan kepada pasien pun berbeda-beda. Banyak pasien yg sembuh, banyak pula yang gagal. Kondisi fisik tiap orang berbeda sehingga penyerapan obatpun berbeda. Ada tubuh yg tidak sanggup melawan kerasnya kemoterapi sehingga menimbulkan berbagai efek samping. Yang paling ringan adalah mual2 dan bisa juga menyebabkan kematian. Namun, apakah dokter disalahkan? Tentu saja tidak. Dokter hanya memberikan yg terbaik utk pasiennya tanpa mampu membrikan kepastian kepada pasien bahwa langkah yg diambil pasti akan berhasil.
Begitu pula dengan pak Warsito. Alat beliau hadir dengan penawarn yang relatif ringan efeksampinya dibandingkan denga kemoterapi. Bukan hanya itu, bahkan harga yang diberikan pun jauh lebih murah karena pasien bisa memiliki alatnya dan konsultasi dengan paramedis di kantor beliau. Namun sekali lagi, beliau hanya menawarkan alternatif yg mana segala keputusan ada di tangan pasien.
Lantas bagaiamana dengan sikap kita? Tidaklah bijak jika kita hanya memberikan opini-opini provokatif yang hanya menambah kebingungan masyarakat awam. Seharusnya kita berbangga ada penemuan anak bangsa yg telah mendunia. Jikalaupun masih ada celah seperti alat beliau yang harus melalui uji secara invivo dan invitro yang ternyata belum bisa beliau penuhi, maka sebaiknya kita mendukung beliau agar tetap teguh dengan karyanya. Apalagi kita sebagai generasi muda, jika saat ini saja banyak terjadi pembunuhan karakter terhadap inventor2 bangsa , lantas bagaimana dengan generasi penerus?
Beliau memang bukan ahli kesehatan, maka dari itu beliau menggandeng universitas ternama tanah air utk menunjukkan bahwa alat beliau layak. Beliau juga senantiasa mengundang ahli medis utk pembuktian. Namun sayangnya sy belum sempat menghadiri seminar beliau karena maslah jarak.
Memang, untuk bisa mendapat pengakuan medis harus melewati rangkaian yg sangat panjang karena terkait nyawa manusia. Bukan seperti penelitian kimia yg tdk diwajibkan menggunakan uji statistik. Dan kepada pasien juga beliau menjelaskan bahwa metode tersebut belum mendapatkan pengesahan dari pihak kesehatan. Dan Beliau juga menjelaskan bahwa tidak semua pasien sembuh dengan alat terapi tersebut. Tapi beliau mampu menunjukkan angka keberhasilan lebih tinggi dari failurnya. Jika tidak yakin dengn pendapat sy, silahkan kawan2 berkunjung ke komplek ruko di alam sutra Jakarta dan tanyakan langsung di sana.
Jenis kanker ada lebih dari 200. Untuk breast cancer saja penanganannya jarang sekali ada yang sama. Dari metode kemoterapi yg diberikan kepada pasien pun berbeda-beda. Banyak pasien yg sembuh, banyak pula yang gagal. Kondisi fisik tiap orang berbeda sehingga penyerapan obatpun berbeda. Ada tubuh yg tidak sanggup melawan kerasnya kemoterapi sehingga menimbulkan berbagai efek samping. Yang paling ringan adalah mual2 dan bisa juga menyebabkan kematian. Namun, apakah dokter disalahkan? Tentu saja tidak. Dokter hanya memberikan yg terbaik utk pasiennya tanpa mampu membrikan kepastian kepada pasien bahwa langkah yg diambil pasti akan berhasil.
Begitu pula dengan pak Warsito. Alat beliau hadir dengan penawarn yang relatif ringan efeksampinya dibandingkan denga kemoterapi. Bukan hanya itu, bahkan harga yang diberikan pun jauh lebih murah karena pasien bisa memiliki alatnya dan konsultasi dengan paramedis di kantor beliau. Namun sekali lagi, beliau hanya menawarkan alternatif yg mana segala keputusan ada di tangan pasien.
Lantas bagaiamana dengan sikap kita? Tidaklah bijak jika kita hanya memberikan opini-opini provokatif yang hanya menambah kebingungan masyarakat awam. Seharusnya kita berbangga ada penemuan anak bangsa yg telah mendunia. Jikalaupun masih ada celah seperti alat beliau yang harus melalui uji secara invivo dan invitro yang ternyata belum bisa beliau penuhi, maka sebaiknya kita mendukung beliau agar tetap teguh dengan karyanya. Apalagi kita sebagai generasi muda, jika saat ini saja banyak terjadi pembunuhan karakter terhadap inventor2 bangsa , lantas bagaimana dengan generasi penerus?
Minggu, 15 November 2015
In The Mid of History of Mine
Perjalanan kali ini bukan travelling seperti yang biasa aku lakukan. Kali ini perjalananq tentang menyusun puzzle kehidupan.
Aku bermimpi, iya, selalu bermimpi. Berawal dari pertanyaan "apa arti kehidupanku?, aku ingin berbagi but how".
Sejak kuliah aku mulai mendoktrin pikiranku "orang sukses adalah org yang mampu membuat orang lain sukses". Its mean, i have to do something for other. Rasulullah juga bersabda "manusia yang baik adalah manusia yang berguna untuk orang lain".
Sepanjang perjalanan hidupku, kalimat itu senantiasa terpatri namun belum kutemui jalannya. Setelah kuliah, aku seperti yang lainnya, melamar kerja di perusahaan swasta dengan tujuan memperdalam ilmu yang telah aku dapatkan selain juga get money on my own. Sebelum wisuda, aku sudah mulai bekerja. IPK, tak perlulah ditanyakan. Aku hanya mahasiswa biasa yang mengejar nilai lulus, tak lebih karena aku memang saat itu tidak mau berjuang lebih keras. Alhmdulillah Allah menolongku dengan menganugerahkan IPK sedikit di atas 3. Masih jauh dari cumlaude. Organisasi? Tak payah lah bertanya. Pernah ikut beberapa organasasi tapi hanya satu yg aku khotamkan, HMJ. Niatku ikut berorganisasi hanya untuk mempercantik CV pada lamaran kerja. Niat busuk yang tak memberikan faedah apapun, dari niat aja sudah salah.
Memasuki dunia kerja, sangat senang. Meskipun dengan gaji minim, tapi aku bangga. Selain itu, aku baru lebih mengerti pelajaran kuliahku setelah praktek di dunia kerja.
Dunia kerja yang mengasah banyak hal. dan tibalah saat aku ingin meng-upgrade diriku. aku ingin kuliah lagi. sebenarnya keinginan itu sudah ada sejak semster 7, aku harus kuliah setelah memperoleh pengalaman kerja. Karena tidak ada life grand map, semua berjalan semauku. Tidak ada target yang pasti. Flow like water. Semangat itu bangkit lagi di tahun 2013. aku mulai mengumpulkan informasi tentang Master scholarship. Dari Erasmus Mundus hingga beasiswa Dikti. awalnya aku tertarik dengan Erasmus Mundus. Bayangkan, kuliah di 2 Universitas atau bahkan 3 di benua Eropa atau bahkan di Australia yang masuk dalam kerjasama Erasmus. Setiap hari mantengin requirements of scholarship hingga pada satu kesimpulan, Berat boooo.
Apa sih yang tidak berat untuk suatu tujuan?
Bangun woy, mimpi itu gak gratis girl. Aku menyadarkan diriku. Okay, the first step, how to get 550 on TOEFL score. Liat brosur kursus harus menguras kocek kemudian waktu juga. aku juga tidak mau mengorbankan jam kerja dan les privatku. Ok, self study!. dan mulailah aku hunting buku-buku TOEFL. Lumayanlah, dari cliff hingga Baron mulai menjadi sahabat setiaku saat itu, harus disiplin, meskipun terkadang aku megingkari jadwal belajarku. Tapi sebelumnya, aku tes prediksi di Unram, lumayanlah 50K tapi dapat pengalaman. Dan kemudian aku tahu skor awalku 423.
Aku jadi sering menghadiri seminar beasiswa, dari fullbright, EMINEF, hingga AAS (dulunya ADS). Akupun memasukkan AAS ke list beasiswa buruanku. Yang paling menggiurkanku saat itu adalah AAS, hingga suatu saat seorang teman menginfokan tentang LPDP. aku download buku panduannya, dan tetap mentok di persyaratan TOEFL.
Akhir 2013, aku kembali mencoba tes prediksi, dan aku mendapat skor 483. Berarti selama ini, aku bisa belajar mandiri. Jadwal belajar semakin kuperketat demi sebuah target. Tapi tetap saja ujung-ujungnya aku mengingkari diri. yang penting ada usaha pikirku.
Bulan Februari 2015 aku mulai mempersiapkan persyaratan yang lain untuk AAS dan LPDP. Erasmus Mundus aku skip dulu. Mulai membuat essay . Bulan April aku ambil real test untuk TOEFL, and taraaaa, scoreku anjlok jadi 445. Batal apply LPDP dan AAS, namun aku tetap bertekad untuk mengejar score TOEFL. Agustus 2015, aku dapat informasi tentang LPDP Afrimasi dari sahabatku. aku mulai mengumpulkan informassi sebanyak-banyaknya. Yang paling membuatku antusias adalah persyaratan TOEFL yang sangat ringan karena dikhususkan untuk daerah 3T. aku dan sahabatku menargetkan untuk apply bulan Spetember.
Setelah scan sana sini, maka yang terakhir aku penuhi adalah menulis essay. untuk Afirmasi hanya mensyaratkan satu essay dengan tema "Apa yang akan Saya Lakukan untuk
Daerah/Lembaga/Instansi/Profesi Saya Setelah Lulus". Secara aku tidak pernah melakukan apapun untuk daerah, aku mulai berpikir keras untuk ini. Stiap ketikan aku bertanya ke hati nuraniku, sanggupkah aku? Tapi bukankah ini yang ingin aku wujudkan? berguna untuk orang lain?.
Dari menulis essay untuk afirmasi, aku tersadar ada terselip tujuan mulia dari LPDP. Mempersiapkan pemimpin masa depan adalah visinya. kalimat demi kalimat tertoreh di lembaran word yang aku ketik. dan aku sadar bahwa inilah tujuan hidup yang aku cari. merangkai kata dari pengalaman-pengalaman berbaur dengan masyarakat ketika KKN dan kegiatan keagamaan di Kampung turut menghiasi essayku. Tak sadar aku menulis tujuan muliaku disitu, dan yakinlah aku bahwa setelah kuliah nanti aku harus kembali ke Sumbawa, tanah kelahiranku.
Essay untuk LPDP telah menyadarkan akan tujuan hidupku. terbesit sikap nasionalisme yang dulunya hanya indah di bibir. Sungguh luar biasa, melalui seleksi administrasi, LPDP telah membuat para pelamarnya sadar akan nasionalisme.
Januari 2015 pengumuman hasil seleksi administrasi Beasiswa Afirmassi, Bersama sahabatku, kami maju ke seleksi interview di Surabaya.
Apa sih yang tidak berat untuk suatu tujuan?
Bangun woy, mimpi itu gak gratis girl. Aku menyadarkan diriku. Okay, the first step, how to get 550 on TOEFL score. Liat brosur kursus harus menguras kocek kemudian waktu juga. aku juga tidak mau mengorbankan jam kerja dan les privatku. Ok, self study!. dan mulailah aku hunting buku-buku TOEFL. Lumayanlah, dari cliff hingga Baron mulai menjadi sahabat setiaku saat itu, harus disiplin, meskipun terkadang aku megingkari jadwal belajarku. Tapi sebelumnya, aku tes prediksi di Unram, lumayanlah 50K tapi dapat pengalaman. Dan kemudian aku tahu skor awalku 423.
Aku jadi sering menghadiri seminar beasiswa, dari fullbright, EMINEF, hingga AAS (dulunya ADS). Akupun memasukkan AAS ke list beasiswa buruanku. Yang paling menggiurkanku saat itu adalah AAS, hingga suatu saat seorang teman menginfokan tentang LPDP. aku download buku panduannya, dan tetap mentok di persyaratan TOEFL.
Akhir 2013, aku kembali mencoba tes prediksi, dan aku mendapat skor 483. Berarti selama ini, aku bisa belajar mandiri. Jadwal belajar semakin kuperketat demi sebuah target. Tapi tetap saja ujung-ujungnya aku mengingkari diri. yang penting ada usaha pikirku.
Bulan Februari 2015 aku mulai mempersiapkan persyaratan yang lain untuk AAS dan LPDP. Erasmus Mundus aku skip dulu. Mulai membuat essay . Bulan April aku ambil real test untuk TOEFL, and taraaaa, scoreku anjlok jadi 445. Batal apply LPDP dan AAS, namun aku tetap bertekad untuk mengejar score TOEFL. Agustus 2015, aku dapat informasi tentang LPDP Afrimasi dari sahabatku. aku mulai mengumpulkan informassi sebanyak-banyaknya. Yang paling membuatku antusias adalah persyaratan TOEFL yang sangat ringan karena dikhususkan untuk daerah 3T. aku dan sahabatku menargetkan untuk apply bulan Spetember.
Setelah scan sana sini, maka yang terakhir aku penuhi adalah menulis essay. untuk Afirmasi hanya mensyaratkan satu essay dengan tema "Apa yang akan Saya Lakukan untuk
Daerah/Lembaga/Instansi/Profesi Saya Setelah Lulus". Secara aku tidak pernah melakukan apapun untuk daerah, aku mulai berpikir keras untuk ini. Stiap ketikan aku bertanya ke hati nuraniku, sanggupkah aku? Tapi bukankah ini yang ingin aku wujudkan? berguna untuk orang lain?.
Dari menulis essay untuk afirmasi, aku tersadar ada terselip tujuan mulia dari LPDP. Mempersiapkan pemimpin masa depan adalah visinya. kalimat demi kalimat tertoreh di lembaran word yang aku ketik. dan aku sadar bahwa inilah tujuan hidup yang aku cari. merangkai kata dari pengalaman-pengalaman berbaur dengan masyarakat ketika KKN dan kegiatan keagamaan di Kampung turut menghiasi essayku. Tak sadar aku menulis tujuan muliaku disitu, dan yakinlah aku bahwa setelah kuliah nanti aku harus kembali ke Sumbawa, tanah kelahiranku.
Essay untuk LPDP telah menyadarkan akan tujuan hidupku. terbesit sikap nasionalisme yang dulunya hanya indah di bibir. Sungguh luar biasa, melalui seleksi administrasi, LPDP telah membuat para pelamarnya sadar akan nasionalisme.
Januari 2015 pengumuman hasil seleksi administrasi Beasiswa Afirmassi, Bersama sahabatku, kami maju ke seleksi interview di Surabaya.
Selasa, 22 September 2015
Bukit Malimbu 2
Tiga tahun aku menetap di Mataram. tentunya aku tidak melewati setiap kesempatan untuk nge-trip bareng kru Penyu menikmati suguhan Allah atas indahnya pulau Lombok. aku janji akan menceritakan setiap perjalananku dalam mentadabburi karya indah Sang Khalik.
Bukit Malimbu 2 ini aku sadari eksitensinya pun setelah aku sudah 2 tahun lebih stay di Mataram. entah sudah bereapa kali aku melewatinya dan melihat bukit ini tapi hanya sekedar lewat. Hingga suatu siang pulang dari pantai Pandanan, salah satu kru ingin mampir sambil makan kelapa muda di sini. Dari seberang penjual kelapa muda dan tempat memarkir motor, kami menaiki tangga, tidak terlalu tinggi dan tidak juga terjal.
Setiba di atas, kami ternganga sepersekian menit. Speechless. dan kami mulai teriak setelah tersadar. untung saja saat itu tidak ada pengunjung lain. bukit terasa milik kami. sibuk groofie sana sini. sayang melewati setaip jengkal, setiap sudut, dan setiap angel.
Bagi pecinta travelling yang sedang melakukan perjalanan ke Gili Trawangan dkk, mampirlah ke malimbu 2. puas berfoto di jembatan facebook (kami menyebutnya demikian, karena setiap pelancong pasti pamer foto di jembatan itu), maka mendakilah, lengkapi koleksi perjalananmu dengan spot ini. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Bukit Malimbu 2 ini aku sadari eksitensinya pun setelah aku sudah 2 tahun lebih stay di Mataram. entah sudah bereapa kali aku melewatinya dan melihat bukit ini tapi hanya sekedar lewat. Hingga suatu siang pulang dari pantai Pandanan, salah satu kru ingin mampir sambil makan kelapa muda di sini. Dari seberang penjual kelapa muda dan tempat memarkir motor, kami menaiki tangga, tidak terlalu tinggi dan tidak juga terjal.
Setiba di atas, kami ternganga sepersekian menit. Speechless. dan kami mulai teriak setelah tersadar. untung saja saat itu tidak ada pengunjung lain. bukit terasa milik kami. sibuk groofie sana sini. sayang melewati setaip jengkal, setiap sudut, dan setiap angel.
Bagi pecinta travelling yang sedang melakukan perjalanan ke Gili Trawangan dkk, mampirlah ke malimbu 2. puas berfoto di jembatan facebook (kami menyebutnya demikian, karena setiap pelancong pasti pamer foto di jembatan itu), maka mendakilah, lengkapi koleksi perjalananmu dengan spot ini. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Berbenah dalam masa penantian
Lelah memang jika harus menanti “waktu” yang selalu menjadi misteri. Hanya ada 2 pilihan, menanti dengan melakukan hal yang sama atau melakukan hal lain yang lebih menantang. keduanya tak menjamin pilihan mana yang bisa mempercepat jodoh. DAri masa penantian ini, aku tersadar akan satu hal, aku belum cukup memperbaiki diri dan masih sangat jauh dari kriteria “baik”. Dan aku sadar atas kekuranganku. Banyak hal yang harus aku persiapkan untuk bisa memantasakan diri. Hingga aku memantabkan hati untuk melanjutkan kuliah. Tak jarang orang-orang menasehatiku “kamu itu cewek, tak perlu lah kuliah tinggi-tinggi. Nanti nggak ada pria yang berani mendekat”. Ada juga yang bilang begini “kenapa sih harus melepaskan pekerjaanmu untuk kuliah, udah enak, gaji bagus ketimbang kita-kita yang di sini, trus setelah S2 mau kerja apa?” and blablabla. Atas semua pertanyaan itu, aku hanya menjawab dengan senyuman manis. Dan kelak akan aku buktikan bahwa pendidikan tinggi bagi seorang wanita bukanlah halangan untuk menikah. Bukankah Allah sudah menjanjikan hambanya bahwa setiap makhluk diciptakan berpasang-pasangan. Dan kita akan dipasangkan sesuai dengan akhlak kita. Ingatlah, wanita baik untuk pria baik, begitu pula sebaliknya. Dan aku memilih menjadi wanita baik agar aku mendapatkan pasangan yang baik. Biarlah jodoh menjadi misteri Allah.
Ketahuilah kawan,
aku punya misi untuk ini semua. Apakah setelah aku S2 bahkan Phd suatu saat
nanti lantas akan menaikkan standar pria idaman? Of course nope. Tidak munafik
sih, mendapatkan pria yang sama-sama S2 adalah bonus tersendiri buatku. but it
is not the point. Saat ini aku sedang membekali diri sebanyak-banyaknya dengan ilmu agama dan ilmu dunia. Aku adalah seorang
calon ibu. Calon ibu haruslah cerdas karena dia adalah “madrasatul ula” bagi
anak-anaknya. Seorang ibu haruslah menguasai banyak ilmu agar bisa melahirkan
generasi emas. Kecerdasan yang bisa saling mengerti peran masing-masing
sehingga bisa melayani suami dan keluarga seutuhnya. Tidaklah aku niatkan gelar
dunia ini tanpa tujuan melainkan murni untuk memantaskan diri sekaligus untuk
mengumpulkan bekal agar aku bisa mengabdi untuk daerahku.
Percayalah, ada
banyak wanita yang berpikir sama denganku. Kami yang ingin melanjutkan kuliah
ke jenjang yang lebih tinggi semata-mata untuk memantaskan diri. Kami percaya,
muslim sejati tak akan gentar dengan gelar dunia. Toh juga kami mempersiapkan
diri untukmu para muslim sejati. Bukankah kita memiliki tujuan yang sama?
Beribadah kepada Allah semata. Ini hanyalah pesan bagi para muslim atau pria
sejati lainnya. Janganlah goyah hanya karena titel seorang wanita. Jika kalian
telah mantab dengan pilihan kalian, ta’aruflah. Kemapanan materi dan sederet
gelar kalian hanyalah bonus bagi kami muslimah.
Senin, 27 Juli 2015
Senggigi Oh Senggigi
Apa yang terpikirkan oleh teman-teman
sekalian jika mendapat kesempatan berlibur ke Lombok?....
Mengunjungi pantai yang indah?
Yupz!!! That’s one of the most people think
of.
Lanjut ke pertanyaan berikutnya. Pantai
mana sekiranya yang pertama kali akan kalian kunjungi?
Senggigi?
Hmmmmm, alright….that’s the point.
Senggigi hanyalah deretan pantai yang
terbilang biasa saja. Senggigi hanyalah sebuah kawasan menarik bagi para
investor, kawasan untuk mengais rejeki bagi para penjual cendera mata, dan
tempat bagi para guide mencari pelanggan dari segala penjuru dunia. tetapi
bagi para wisatawan, Sengigi merupakan titik persinggahan dan penghubung ke
destinasi lainnya yang ada di Lombok.
Sebagai anak yang terlahir di pulau kecil
yang tak mengerti apa-apa, beranggapan Senggigi adalah destinasi satu-satunya
yang ada di Lombok. Cerita lucu berawal ketika seorang teman datang ke Lombok
dari Surabaya. Sebagai guide yang sok tahu, dengan PD nya aku menjelaskan
Senggigi panjang lebar, padahal sejujurnya aku sendiri waktu itu baru 2 bulan
di Mataram, belum sempat jalan-jalan dan terakhir kali ke Senggigi saat itu pun
dua tahun yang lalu. Memasuki Senggigi, aku langsung mengajaknya ke salah satu
pantai yang ramai. Setiba di sana, temanku langsung berkomentar, “Cuma ini doang?”,
“Senggigi yang terkenal itu Cuma sederatan pantai dengan pasir coklat? Apanya
yang spesial?”.
Dalam hati aku juga geli dan malu sendiri.
Apa yang dikatakan temanku bener banget. Nothing special. Barulah setelah itu
kami bergegas searching untuk mencari spot menarik di Lombok. Mencari kawasan
bagus sekitar Senggigi. Dari situ, kami baru tau ternyata ada Malimbu dan jika
diteruskan ke arah Utara akan ada Bangsal
yaitu pelabuhan menuju 3 Gili.
Melihat Malimbu untuk pertamakalinya,
komentarku…WOW, Subhanallah!!!! Keren Abisssss…..Sederetan Pantai dengan lekuk
yang menawan. Hamparan laut yang sangat indah, dan warna airnya yang begitu
biru ditambah cerahnya suasana di siang hari membuat mata tak ingin berkedip. Dari
atas jembatan kita bisa menikmati kontrasnya warna alam sekitar. Malimbu
dilalui sederetan bukit-bukit. Pokonya keren banget deh.
Tanjung yang dilalui oleh jalan utama ini ada dua. Malimbu satu dan Malimbu 2. Tetapi tempat yang paling bagus untuk berfoto-foto adalah Malimbu 2 dan juga cukup luas.
Langganan:
Postingan (Atom)