Minggu, 15 November 2015

In The Mid of History of Mine

Perjalanan kali ini bukan travelling seperti yang biasa aku lakukan. Kali ini perjalananq tentang menyusun puzzle kehidupan.
Aku bermimpi, iya, selalu bermimpi. Berawal dari pertanyaan "apa arti kehidupanku?, aku ingin berbagi but how". 
Sejak kuliah aku mulai mendoktrin pikiranku "orang sukses adalah org yang mampu membuat orang lain sukses". Its mean, i have to do something for other. Rasulullah juga bersabda "manusia yang baik adalah manusia yang berguna untuk orang lain". 
Sepanjang perjalanan hidupku, kalimat itu senantiasa terpatri namun belum kutemui jalannya. Setelah kuliah, aku seperti yang lainnya, melamar kerja di perusahaan swasta dengan tujuan memperdalam ilmu yang telah aku dapatkan selain juga get money on my own. Sebelum wisuda, aku sudah mulai bekerja. IPK, tak perlulah ditanyakan. Aku hanya mahasiswa biasa yang mengejar nilai lulus, tak lebih karena aku memang saat itu tidak mau berjuang lebih keras. Alhmdulillah Allah menolongku dengan menganugerahkan IPK sedikit di atas 3. Masih jauh dari cumlaude. Organisasi? Tak payah lah bertanya. Pernah ikut beberapa organasasi tapi hanya satu yg aku khotamkan, HMJ. Niatku ikut berorganisasi hanya untuk mempercantik CV pada lamaran kerja. Niat busuk yang tak memberikan faedah apapun, dari niat aja sudah salah.
Memasuki dunia kerja, sangat senang. Meskipun dengan gaji minim, tapi aku bangga. Selain itu, aku baru lebih mengerti pelajaran kuliahku setelah praktek di dunia kerja.
Dunia kerja yang mengasah banyak hal. dan tibalah saat aku ingin meng-upgrade diriku. aku ingin kuliah lagi. sebenarnya keinginan itu sudah ada sejak semster 7, aku harus kuliah setelah memperoleh pengalaman kerja. Karena tidak ada life grand map, semua berjalan semauku. Tidak ada target yang pasti. Flow like water. Semangat itu bangkit lagi di tahun 2013. aku mulai mengumpulkan informasi tentang Master scholarship. Dari Erasmus Mundus hingga beasiswa Dikti. awalnya aku tertarik dengan Erasmus Mundus. Bayangkan, kuliah di 2 Universitas atau bahkan 3 di benua Eropa atau bahkan di Australia yang masuk dalam kerjasama Erasmus. Setiap hari mantengin requirements of scholarship hingga pada satu kesimpulan, Berat boooo.
Apa sih yang tidak berat untuk suatu tujuan?
Bangun woy, mimpi itu gak gratis girl. Aku menyadarkan diriku. Okay, the first step, how to get 550 on TOEFL score. Liat brosur kursus harus menguras kocek kemudian waktu juga. aku juga tidak mau mengorbankan jam kerja dan les privatku. Ok, self study!. dan mulailah aku hunting buku-buku TOEFL. Lumayanlah, dari cliff hingga Baron mulai menjadi sahabat setiaku saat itu, harus disiplin, meskipun terkadang aku megingkari jadwal belajarku. Tapi sebelumnya, aku tes prediksi di Unram, lumayanlah 50K tapi dapat pengalaman. Dan kemudian aku tahu skor awalku 423.
Aku jadi sering menghadiri seminar beasiswa, dari fullbright, EMINEF, hingga AAS (dulunya ADS). Akupun memasukkan AAS ke list beasiswa buruanku. Yang paling menggiurkanku saat itu adalah AAS, hingga suatu saat seorang teman menginfokan tentang LPDP. aku download buku panduannya, dan tetap mentok di persyaratan TOEFL.
Akhir 2013, aku kembali mencoba tes prediksi, dan aku mendapat skor 483. Berarti selama ini, aku bisa belajar mandiri. Jadwal belajar semakin kuperketat demi sebuah target. Tapi tetap saja ujung-ujungnya aku mengingkari diri. yang penting ada usaha pikirku.
Bulan Februari 2015 aku mulai mempersiapkan persyaratan yang lain untuk AAS dan LPDP. Erasmus Mundus aku skip dulu. Mulai membuat essay . Bulan April aku ambil real test untuk TOEFL, and taraaaa, scoreku anjlok jadi 445. Batal apply LPDP dan AAS, namun aku tetap bertekad untuk mengejar score TOEFL. Agustus 2015, aku dapat informasi tentang LPDP Afrimasi dari sahabatku. aku mulai mengumpulkan informassi sebanyak-banyaknya. Yang paling membuatku antusias adalah persyaratan TOEFL yang sangat ringan karena dikhususkan untuk daerah 3T. aku dan sahabatku menargetkan untuk apply bulan Spetember.
Setelah scan sana sini, maka yang terakhir aku penuhi adalah menulis essay. untuk Afirmasi hanya mensyaratkan satu essay dengan tema "Apa yang akan Saya Lakukan untuk
Daerah/Lembaga/Instansi/Profesi Saya Setelah Lulus". Secara aku tidak pernah melakukan apapun untuk daerah, aku mulai berpikir keras untuk ini. Stiap ketikan aku bertanya ke hati nuraniku, sanggupkah aku? Tapi bukankah ini yang ingin aku wujudkan? berguna untuk orang lain?.
Dari menulis essay untuk afirmasi, aku tersadar ada terselip tujuan mulia dari LPDP. Mempersiapkan pemimpin masa depan adalah visinya. kalimat demi kalimat tertoreh di lembaran word yang aku ketik. dan aku sadar bahwa inilah tujuan hidup yang aku cari. merangkai kata dari pengalaman-pengalaman berbaur dengan masyarakat ketika KKN dan kegiatan keagamaan di Kampung turut menghiasi essayku. Tak sadar aku menulis tujuan muliaku disitu, dan yakinlah aku bahwa setelah kuliah nanti aku harus kembali ke Sumbawa, tanah kelahiranku.
Essay untuk LPDP telah menyadarkan akan tujuan hidupku. terbesit sikap nasionalisme yang dulunya hanya indah di bibir. Sungguh luar biasa, melalui seleksi administrasi, LPDP telah membuat para pelamarnya sadar akan nasionalisme.
Januari 2015 pengumuman hasil seleksi administrasi Beasiswa Afirmassi, Bersama sahabatku, kami maju ke seleksi interview di Surabaya.